Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Mojokerto
menggelar seminar dan workshop Kegawatan dan Kompilasi Bayi Baru Lahir, kemarin
(31/1). Seminar yang dihelat di aula RSUD Kota Mojokerto tersebut diikuti tidak
kurang 300 peserta dari seluruh Jatim. ’’Seminar ini kita gelar dalam rangka
meningkatkan kompetensi dan profesional anggota sekaligus untuk menekan angka
kematian bayi,’’ kata Elys Elisabeth SKep NS M.Kes, ketua PPNI Kota Mojokerto.
’’Apalagi sekarang ini, yang ditempatkan di NICU (perawatan
intensif untuk bayi) adalah perawat,’’ tambahnya.
Selama ini, angka kematian bayi memang masih tinggi.
Sepanjang 2014, di Jatim terdapat 5.229 bayi yang mati. Dari jumlah itu, Kota
Mojokerto menyumbang 33 bayi, Kabupaten Mojokerto 140 bayi dan Jombang 190
bayi.
’’Seminar seperti ini menjadi kebutuhan anggota baik dari
sisi kompetensi maupun administrasi. Sebab kita dituntut mengumpulkan 25 poin
dari seminar-seminar untuk perpanjang izin praktek,’’ bebernya.
Direktur ANS Medika, Andi Puji Kristanto, menegaskan bahwa
pihaknya berkomitmen untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk
memfasilitasi peningkatan kualitas SDM tenaga kesehatan baik melalui seminar,
workshop maupun diklat. ’’Kita sudah sering mengadakan seperti ini baik di
Jatim maupun Jawa Tengah,’’ ucapnya.
Tiga narasumber dihadirkan pada acara kemarin. Dokter
spesialis anak RSUD Mojosari, Dr Anggono SpA memaparkan gawat darurat bayi baru
lahir. Tri Ratnaningsih SKep Ns MKes, dosen STIKES PPNI menyampaikan tentang
penatalaksanaan bayi baru lahir yang bermasalah. Serta Retno Tri Wahyuni, SKep NS, perawat senior di NICU RSUD Kota yang
menyampaikan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post asfiksia neonatorum.
Posting Komentar Blogger Facebook