Jakarta - E-sabak merupakan inovasi baru dunia
pendidikan Indonesia untuk mengganti buku pelajaran yang selama ini
memakai kertas menjadi electronic book (e-book). Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan memprioritaskan daerah terluar Indonesia menjadi lokasi
distribusi utama e-book yang disebut e-sabak ini.Karena e-sabak
berintegrasi dengan jaringan internet, maka Kemendikbud yang bekerjasama
dengan Kemenkominfo dan Telkom harus memiliki cara supaya program
e-sabak dapat berjalan mulus. Dapat dimaklumi, karena di kawasan terluar
Indonesia atau kawasan 3T, jaringan provider masih menjadi kendala."Kami
memiliki 3 alternatif cara. Yang pertama fix line cable di lokasi yang
infrastruktur kabel kami tersedia, yang kedua seluler berbasis 3G, dan
teknologi satelit. Jadi itu yang akan kami solusikan berdasarkan request
Kemendikbud," ujar Direktur Konsumer PT Telkom Indonesia Muhammad
Awaluddin kepada wartawan di Kantor Kemdikbud, Senayan, Jakpus, Rabu
(7/1/2015).
Sebenarnya, lanjut Awaluddin, layanan yang berbasis manage service ini adalah layanan yang biasa saja dalam konteks untuk penyediaan layanan yang berbasis informasi atau yang yang disebut ICT based service. Layanan ini ada dalam satu bundle layanan, jadi tidak terpisah-pisah.
"Karena kalau kita bicara di ekosistem ICT, itu ada 3 hal, yang biasa disingkat dengan DNA," jelas Awal.
"Yang pertama adalah device, kedua adalah network, dan ketiga adalah application. Jadi manage service itu tadi, basis dari DNA itu harus jadi satu, jadi artinya kalau nanti Kemendikbud menjadi penyedia services untuk manage service bagi siswa, siswa atau user itu mendapatkan satu package yang disebut dengan satu device, ada networknya, connectivity nya dan aplikasinya. Device nya adalah e-sabak, networknya nanti bisa terkoneksi dengan internet, dan aplikasinya adalah buku elektronik," sambungnya.
Untuk perawatan, Kemendikbud mempercayakannya kepada Telkom sebagai service provider e-sabak ini. "Yang mengelola bukan sekolahnya, tapi service providernya. Makanya kami menggandeng Telkom dalam uji coba ini," timpal Mendikbud, Anies Baswedan.
Anies juga menambahkan, e-sabak, berbeda dengan e-book lain yang saat ini sudah beredar. Dalam e-sabak, akan disediakan data interaktif materi pendidikan yang dikemas secara menarik, sehingga menimbulkan minat belajar dan mengajar yang tinggi, baik dari guru maupun para siswanya.
"(E-sabak) bisa dicetak oleh siapa saja, bisa dibagikan ke mana saja. Yang beda mungkin pola rancangannya karena dirancang secara interaktif. Proses bukunya itu jauh lebih interaktif dari sekedar buku elektronik yang bisa diprint, karena ada patokan harga dan lainnya," kata Anies.
"Tapi ini bisa dipakai sebagai materi ajar interaktif. Bahkan bisa dielaborasi menjadi potensi bahan-bahan kuis dari e-sabak ini. Intinya adalah medianya bebas ditentukan mereka yang di hilir, sekarang medianya tablet, sehingga kami harap materi lebih kaya," tutupnya
Sehingga, dalam pendistribusian e-sabak ini, Kemdikbud menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) serta Telkom sebagai service provider e-sabak. Awal distribusi, Mendikbud mengutamakan wilayah-wilayah perbatasan.
"Kami bicara dengan Kominfo dan Telkom untuk memulai fase e-book untuk anak-anak kami. Titik utama distribusinya adalah wilayah perbatasan, atau wilayah 3T ini. Ada 3 wilayah utama, yaitu Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua," ungkap Anies.
Melalui program e-sabak ini, Anies berharap ketimpangan dalam menyebabkan kualitas pendidikan diharapkan tidak ada lagi.
"Harapannya ketimpangan akses pendidikan berkualitas dapat kami kurangi, karena mereka yang di tempat terjauh bisa dapatkan kualitas informasi yang sama dengan mereka yang di kota besar. Nanti kami akan kerjasama dengan Telkom untuk tindaklanjuti gagasan ini," tutupnya.
Sebenarnya, lanjut Awaluddin, layanan yang berbasis manage service ini adalah layanan yang biasa saja dalam konteks untuk penyediaan layanan yang berbasis informasi atau yang yang disebut ICT based service. Layanan ini ada dalam satu bundle layanan, jadi tidak terpisah-pisah.
"Karena kalau kita bicara di ekosistem ICT, itu ada 3 hal, yang biasa disingkat dengan DNA," jelas Awal.
"Yang pertama adalah device, kedua adalah network, dan ketiga adalah application. Jadi manage service itu tadi, basis dari DNA itu harus jadi satu, jadi artinya kalau nanti Kemendikbud menjadi penyedia services untuk manage service bagi siswa, siswa atau user itu mendapatkan satu package yang disebut dengan satu device, ada networknya, connectivity nya dan aplikasinya. Device nya adalah e-sabak, networknya nanti bisa terkoneksi dengan internet, dan aplikasinya adalah buku elektronik," sambungnya.
Untuk perawatan, Kemendikbud mempercayakannya kepada Telkom sebagai service provider e-sabak ini. "Yang mengelola bukan sekolahnya, tapi service providernya. Makanya kami menggandeng Telkom dalam uji coba ini," timpal Mendikbud, Anies Baswedan.
Anies juga menambahkan, e-sabak, berbeda dengan e-book lain yang saat ini sudah beredar. Dalam e-sabak, akan disediakan data interaktif materi pendidikan yang dikemas secara menarik, sehingga menimbulkan minat belajar dan mengajar yang tinggi, baik dari guru maupun para siswanya.
"(E-sabak) bisa dicetak oleh siapa saja, bisa dibagikan ke mana saja. Yang beda mungkin pola rancangannya karena dirancang secara interaktif. Proses bukunya itu jauh lebih interaktif dari sekedar buku elektronik yang bisa diprint, karena ada patokan harga dan lainnya," kata Anies.
"Tapi ini bisa dipakai sebagai materi ajar interaktif. Bahkan bisa dielaborasi menjadi potensi bahan-bahan kuis dari e-sabak ini. Intinya adalah medianya bebas ditentukan mereka yang di hilir, sekarang medianya tablet, sehingga kami harap materi lebih kaya," tutupnya
Sehingga, dalam pendistribusian e-sabak ini, Kemdikbud menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) serta Telkom sebagai service provider e-sabak. Awal distribusi, Mendikbud mengutamakan wilayah-wilayah perbatasan.
"Kami bicara dengan Kominfo dan Telkom untuk memulai fase e-book untuk anak-anak kami. Titik utama distribusinya adalah wilayah perbatasan, atau wilayah 3T ini. Ada 3 wilayah utama, yaitu Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua," ungkap Anies.
Melalui program e-sabak ini, Anies berharap ketimpangan dalam menyebabkan kualitas pendidikan diharapkan tidak ada lagi.
"Harapannya ketimpangan akses pendidikan berkualitas dapat kami kurangi, karena mereka yang di tempat terjauh bisa dapatkan kualitas informasi yang sama dengan mereka yang di kota besar. Nanti kami akan kerjasama dengan Telkom untuk tindaklanjuti gagasan ini," tutupnya.
ILUST:justdee8.blogspot.com |
Posting Komentar Blogger Facebook